hmmmmmmmm

hmmmmmmmm
hahahahhahahaha.......

Selasa, 12 April 2011

JENIS-JENIS PENELITIAN


Makalah Metodologi Penelitian
JENIS-JENIS PENELITIAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JULIANTY S.SIBUEA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2011



JENIS-JENIS PENELITIAN
Jenis-jenis metode penelitian juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti. Berdasarkan tujuan metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitia pengembangan (research and depelopment). Selanjutnya berdasrkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan mejadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistic.
1.  Penelitian Ditinjau dari Tujuan
a.  Penelitian Eksploratif
Digunakan apabila peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab akibat atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.
b.  Penelitian Developmental
Dilakukan percobaan dan penyempurnaan.
c. Penelitian Verifikatif
Bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain.

2. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan
a.  Pendekatan Longitudinal
Pada metode ini, sample subjek yang sama dipelajari dalam waktu tertentu. Metode ini memungkinkan adanya penyelidikan intensif terhadap individu karena peneliti menyimpulkan data tentang subjek yang sama pada berbagai tingkatan. Kelemahan metode ini, antara lain:
1)  Menuntut adanya komitmen dari individu atau lembaga yang bersedia menyediakan waktu, uang dan sumber daya lainnya selama beberapa tahun.
2)  Jika dampel yang dipilih jelek, tak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
3)  Tidak dapat menambah variabel baru.
4)  Sulitnya mempertahankan kerjasama subjek dalam waktu yang lama.
b.  Pendekatan Cross-sctional
Metode ini meliputi lebih banyak subjek, tetapi mencandra faktor-faktor pertumbuhan yang lebih sedikit. Kelemahan dari metode ini adalah:
1)  Perbedaan yang ada pada sampel-sampel  dapat membuat penyidikan ini sangat luas.
2)  Kemungkinan adanya variabel luar yang telah menimbulkan perbedaan diantara populasi-populasi yang ditarik sampelnya.
3.  Penelitian Ditinjau dari Bidang Ilmu
Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah penelitian terhadap pendidikan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan dan sebagainya.

4.  Penelitian Ditinjau dari Tempatnya
a.  Penelitian Laboratorium
b.  Penelitian Perpustakaan
c. Penelitian Lapangan

5.  Penelitian Ditinjau dari Sifat Masalahnya
Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, metode penelitian dapat digolongkan menjadi sembilan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Metode Penelitian
Tujuan
Ciri-ciri
Langkah-langkah
Pokok
Penelitian Historis
Membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistensikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta.
  • Lebih  tergantung pada data yang diobservasi orang lain.
  • Harus tertib, ketat, sistematis dan tuntas.
  • Menggunakan data primer dan sekunder.
  • Dilakukan kritik eksternal dan internal untuk menentukan bobot data.
  • Mirip penelaahan kepustakaan
  • Definisikan masalah
  • Rumuskan tujuan penelitian
  • Kumpulkan data
  • Evaluasi data
  • Tuliskan laporan

Penelitian Deskriptif
Membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.
  • Tidak perlu mencari hubungan, menguji hipotesis dan membuat ramalan
  • Mencari informasi tentang gejala yang ada
  • Definisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai
  • Rencanakan cara pendekatannya
  • Kumpulkan data
  • Laporan

Penelitian Perkembangan
Untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan atau perubahan sebagai fungsi waktu
  • Memusatkan pada studi mengenai variabel-variabeldan perkembangannya selama beberapa bulan atau tahun
  • Definisikan masalahnya
  • Lakukan penelaahan kepustakaan
  • Rancangan cara pendekatan
  • Kumpulkan data
  • Evaluasi data yang terkumpul
  • Susun laporan mengenai evaluasi itu

Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan
Untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial.
  • Penelitian mendalam mengenai unit sosial yang hasilnya merupakan gambaran lengkap tentang unit tersebut
  • Meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi yang besar jumlahnya

  • Rumuskan tujuan yang akan dicapai
  • Rancangan cara pendekatannya
  • Kumpulkan data
  • Organisasikan data dan informasi menjadi unit studi yang koheren
  • Susun laporan
Penelitian korelasional
Untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi
  • Dilakukan untuk variabel yang diteliti rumit
  • Memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak
  • Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya hubungan atau tidak adanya hubungan.
  • Definisikan masalah
  • Lakukan penelaahan kepustakaan
  • Rancang cara pendekatannya
  • Kumpulkan data
  • Analisis data
  • Tuliskan laporannya

Penelitian Kausal-Komparatif
Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu
  • Bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung
  • Definisikan masalah
  • Lakukan penelaahan
kepustakaan
  • Rumuskan hipotesis
  • Rumuskan asumsi yang mendasari hipotesis
  • Rancang cara pendekatannya
  • Validasikan teknik untuk mengumpulkan data dan interpretasikan dalam cara yang jelas dan cermat
  • Kumpulkan dan analisis data
  • Susun laporannya
Penelitian Eksperimental-Sungguhan
Untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenalkan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompokn kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan
  • Memusatkan usaha pada pengontrolan varians
  • Tujuannya untuk internal dan eksternal validity
  • Lakukan survei kepustakaan
  • Identifikasi dan definisi masalah
  • Rumuskan hipotesis
  • Definisikan pengertian dasar dan variabel utama
  • Susun rencana eksperimen
  • Laksanakan eksprimen
  • Atur data kasar
  • Terapkan test signifikasi
  • Buat interpretasi mengenai hasil testing dan susun laporannya.

Penelitian Eksperimental Semu
Untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
  • Secara khas mengenai keadaan praktis
  • Mempunyai perbedaan yang kecil dengan penelitian eksperimen sungguhan
  • Sama dengan penelitian eksperimen sungguhan

Penelitian Tindakan
Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja
  • Praktis dan relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja
  • Menyediakan rangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru
  • Fleksibel dan adaptif
  • Definisikan masalah
  • Lakukan penelaahan kepustakaan
  • Rumusan hipotesis atau strategi pendekatan
  • Aturlah research setting
  • Tentukan kriteria evaluasi
  • Analisis data yang terkumpul
  • Tuliskan laporan


01.  Metode Histori
Penelitian histories berbeda dari semua metode penelitian yang telah didiskusikan karena penelitian ini focus pada kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sehingga, para peneliti histories dalam beberapa cara melakukan penelitiannya berbeda dengan para peneliti pendidikan lainnya. Pada bab ini, kita akan mendiskusikan sifat dari penelitian histories, macam-macam topic yang diteliti, dan masalah-masalah yang dihadapi para peneliti histories. Penelitian histories adalah pengumpulan data yang sistematis dan evaluasi data untuk menjelaskan, menguraikan dan dengan cara demikian mengerti tindakan-tindakan atau kejadian-kejadian yang muncul beberapa waktu di masa lalu.
a.       Tujuan Penelitian Historis
Peneliti pendidikan melakukan studi histories untuk berbagai alasan :
1. Agar orang mengetahui apa yang terjadi di masa lalu sehingga mereka bisa belajar dari kegagalan-kegagalan dan sukses-sukses yang diraih di masa lalu. Misalnya seorang peneliti mungkin tertarik ingin menyelidiki mengapa modifikasi kurikulum tertentu (seperti kurikulum bahasa Inggris yang baru “berorientasi-inkuiri”) berhasil di beberapa sekolah tapi tidak di sekolah lain.
2. Untuk mempelajari bagaimana sesuatu diselesaikan di masa lalu untuk melihat apakah mungkin bisa diaplikasikan pada masalah dan urusan-urusan saat ini. Daripada “membuat kembali roda” dari awal misalnya, lebih bijaksana melihat ke masa lalu untuk melihat jikalau inovasi yang diajukan belum pernah dicoba sebelumnya. Kadang-kadang suatu gagasan yang diusulkan berupa “inovasi radikal” bukan sama sekali baru. Seringkali tinjauan literature akan menunjukkan apa yang kita pikirkan sebagai hal baru sebenarnya telah dilakukan sebelumnya (bahkan berkali-kali!)
3. Membantu prediksi. Jika ide tertentu atau suatu pendekatan sebelumnya telah dicoba, bahkan dibawah keadaan yang agak sedikit berbeda, hasil di masa lalu bisa memberikan ide kepada para pembuat kebijakan akan menjadi apa suatu rencana yang ada saat ini. Jadi, jika “laboratorium bahasa” dianggap efektif (atau sebaliknya) di sekolah wilayah tertentu di masa lalu, wilayah lain memiliki bukti sebagai dasar petimbangan pengambilan keputusan berkaitan dengan pemanfaatan “lab bahasa”.
4. Untuk menguji hipotesis berkaitan dengan hubungan atau kecenderungan. Banyak peneliti yang kurang berpengalaman cenderung menganggap penelitian histories sifatnya deskriptif murni. Namun demikian jika dilakukan dengan hati-hati dan dirancang dengan baik, penelitian histories bisa mengarah pada penguatan atau penolakan hipotesis relasional. Di bawah ini beberapa contoh hipotesis penelitian histories:
a. Pada awal 1900an, kebanyakan guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tapi guru laki-laki tidak.
b. Perubahan kurikulum yang tidak melibatkan perencanaan luas dan tidak melibatkan guru biasanya gagal.
c. Teksbook ilmu social abad ke 19 menunjukkan referensi mengenai kontribusi wanita terhadap budaya Amerika dari tahun 1800 sampai 1900, meningkat.
d. Guru sekolah menengah memperoleh prestise lebih daripada guru sekolah dasar sejak tahun 1940.
Banyak hipotesis lainnya yang memungkinkan tentunya; hipotesis di atas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa penelitian histories bisa meminjam dari studi pengujian hipotesis.
5. Untuk memahami praktek-praktek pendidikan dan kebijakan-kebijakan masa kini secara utuh. Banyak praktek-praktek pendidikan saat ini bukan sesuatu yang baru. Pengajaran inkuiri, karakter pendidikan, kelas terbuka, dan penekanan pada “dasar”, pengajaran Sokrates, penggunaan studi kasus, instruksi individual, pengajaran kelompok, dan pengajaran “laboratorium” merupakan gagasan yang muncul kembali dari waktu ke waktu.
Meskipun penelitian histories focus pada masa lalu, jenis pertanyaan cukup bervariasi. Beberapa contoh:
-          Bagaimana siswa di bagian Selatan belajar selama Perang Saudara?
-          Instruksi bagi kelas empat SD 100 tahun yang lalu seperti apa?
-          Bagaimana kondisi kerja guru berubah sejak 1900?
-          Apa masalah utama di sekolah pada tahun 1940 dibandingkan hari ini?
-          Isu pendidikan apa yang dirasa paling penting selama 20 tahun ke belakang oleh masyarakat umum?
-          Bagaimana ide-ide John Dewey mempengaruhi praktek-praktek pendidikan masa kini?
-          Bagaimana kontribusi wanita terhadap pendidikan?
b.      Langkah-langkah Penelitian Historis
Ada empat langkah dasar dalam melakukan studi histories. Langkah ini termasuk menjelaskan masalah atau pertanyaan yang harus diteliti (termasuk formulasii hipotesis jika cocok); menentukan sumber informasi histories yang relevan; meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini; dan menampilkan serta menginterpretasikan informasi ini kaitannya dengan masalah atau pertanyaan studi.
-          Menjelaskan Masalah
Dalam bahasa paling sederhana, tujuan dari studi histories dalam pendidikan adalah menjelaskan dengan jelas dan akurat beberapa aspek dari masa lalu berkaitan dengan pendidikan dan atau sekolah. Seperti yang telah disebutkan di atas, para peneliti histories bermaksud lebih dari sekedar menjelaskan; mereka ingin lebih dari mengklarifikasi dan menjelaskan dan terkadang mengoreksi.
Oleh karena itu, masalah penelitian histories diidentifikasi sama seperti masalah-masalah yang dipelajari melalui jenis penelitian lainnya. Seperti setiap masalah penelitian, mereka harus dinyatakan secara jelas dan singkat, dapat dikendalikan, mempunyai dasar pemikiran yang bisa dipertahankan, dan (jika mungkin) menyelidiki hubungan antar variable. Hal yang agak unik pada penelitian histories adalah masalahnya bisa diseleksi jika data yang tersedia tidak cukup. Seringkali data penting (dokumen tertentu seperti catatan harian atau peta dari masa tertentu) tidak bisa ditemukan. Hal ini khususnya benar jika semakin peneliti semakin jauh melihat ke belakang. Hasilnya, lebih baik mempelajari secara mendalam masalah yang dijelaskan dengan baik serta mungkin tajam daripada mengejar masalah lebih luas yang tidak dapat dijelaskan dengan tajam, atau dipecahkan seutuhnya. Seperti penelitian lainnya, sifat masalah atau hipotesis menuntun studi; jika dijelaskan dengan baik, peneliti bisa memulai penelitian.
Beberapa contoh studi histories yang telah dipublikasikan :
1.      Proses pendidikan sekolah di kelas satu: Dua contoh seabac terpisah
2.      Tingkat kelangsungan hidup guru di St. Louis 1969-1982
3.      Guru-guru wanita di garis perbatasan
4.      Asal-usul studi social modern: 1900-1916
5.      Kehilangan Nilai: Pengujian intelegensi di sekolah umum Los Angeles , 1922-1932
-          Menemukan Sumber-sumber Relevan
Kategori Sumber.
Setelah peneliti memutuskan masalah atau pertanyaan yang ingin diteliti, pencarian sumber dimulai. Segala sesuatu yang pernah ditulis dalam dokumen atau lainnya, dan sebenarnya setiap objek yang dikumpulkan merupakan sumber potensial bagi penelitian histories. Namun secara umum, materi sumber histories dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori dasar: dokumen, catatan numeric, pernyataan oral serta barang peninggalan.
1. Dokumen : Dokumen adalah bahan tertulis atau tercetak yang telah dihasilkan dalam suatu bentuk –catatan tahunan, kerja seni, undang-undang, buku, kartun, surat edaran, catatan harian, diploma, catatan legal, surat kabar, majalah, catatan buku, buku almamater sekolah, memo, tes dan lain-lain. Mreka bisa tulis tangan, cetak, ketik, gambar atau sketsa; bisa terpublikasikan atau tidak; bisa ditujukan untuk konsumsi public atau pribadi; bisa orisinal atau kopian. Singkatnya, dokumen merujuk pada setiap informasi yang ada baik tertulis atau cetak.
2. Catatan Numerik: Catatan numerik atau quantitative bisa dianggap baik sebaik jenis sumber terpisah di dalam atau pada dirinya sendiri atau sebagai subkategori dari dokumen. Catatan seperti ini termasuk setiap jenis data numeric dalam bentuk tercetak: nilai tes, gambaran kehadiran, catatan sensus, pengeluaran sekolah, dan semacamnya. Pada tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan pemanfaatan computer oleh para peneliti histories untuk menganalisis sejumlah data numeric yang sangat banyak.
3. Pernyataan lisan : informasi berharga lainnya bagi peneliti histories ada pada orang-orang yang memberikan pernyataan secara lisan. Cerita, mitos, legenda, dongeng, nyanyian, lagu dan bentuk ekspresi lisan lainnya telah digunakan bertahun-tahun sebagai catatan bagi generasi selanjutnya. Tapi sejarawan juga bisa mengadakan wawancara lisan dengan orang-orang yang saksi dari kejadian-kejadian di masa lalu. Ini adalah bentuk khusus dari penelitian histories, yang disebut sejarah lisan, yang baru-baru ini sedikit mengalami renaisans.
4. Barang-barang peninggalan: Jenis keempat dari sumber histories adalah barang pustaka. Barang pustaka adalah setiap objek dimana karakteristik fisika atau visualnya bisa menyediakan beberapa informasi tentang masa lalu. Contohnya mebel, kerja seni, pakaian, bangunan, monument, atau peralatan.
Berikut ini adalah contoh-contoh sumber-sumber histories:
-            Alat utama yang digunakan di kelas pada abad ke 17
-            Catatan harian yang disimpan seorang guru wanita di perbatasan Ohio tahun 1800an
-            Argumen-argumen tertulis melawan isu obligasi sekolah seperti yang terpublikasikan di surat kabar pada waktu tertentu
-            Buku tahunan SMP tahun 1958
-            Contoh pakaian yang dipakai siswa awal abad ke 19 di pedesaan Georgia
-            Diploma kelulusan SMA dari tahun 1920an
-            Memo tercatat dari pimpinan sekolah kepada staf pengajarnya
-            Catatan kehadiran dari dua sekolah berbeda selama 40 tahun
Sumber Primer vs Sekunder.
Seperti pada semua penelitian, penting untuk membedakan antara sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang disiapkan seorang saksi atau partisipan langsung kejadian di masa lalu. Laporan saksi tentang pembukaan sekolah baru bisa menjadi suatu contoh. Contoh sumber primer lainnya adalah :
-       Laporan guru abad 19 mengenai bagaimana rasanya hidup dengan keluarga perbatasan
-       Transkrip wawancara lisan dengan pimpinan sekolah tingkat atas di kota besar berkaitan dengan masalah yang dihadapi distriknya
-       Tulisan essay siswa dalam menjawab, “Apa yang paling kalian suka dan tidak suka dari sekolah?”
-       Lagu yang dibuat oleh anggota paduan suara sekolah tingkat atas
-       Detik-detik pertemuan dewan sekolah yang dicatat oleh sekretaris dewan
-       Evaluasi yang ditulis oleh konsultan dari kurikulum Prancis yang baru
-       Foto lulusan kelas 8 tahun 1930
-       Surat yang ditulis antara siswa Amerika dan siswa Jepang menjelaskan pengalaman sekolah mereka
Sumber sekunder, sebaliknya, adalah dokumen yang disiapkan oleh individu yang tidak langsung mengalami peristiwa, tapi yang memperoleh penjelasan kejadian dari seseorang. Contohnya editorial suratkabar yang baru-baru ini mengomentari unjuk rasa guru. Contoh lain dari sumber sekunder adalah sebagai berikut:
-       Ensikopledia menjelaskan beragam jenis penelitian pendidikan yang dilakukan selama periode 10 tahun
-       Artikel majalah meringkas pandangan Aristoteles tentang pendidikan
-       Tanggapan suratkabar terhadap pertemuan dewan sekolah berdasarkan wawancara lisan dengan anggota dewan sekolah
-       Buku yang menjelaskan pendidikan di sekolah pada masa koloni Inggris Baru selama tahun 1700an
Sebisa mungkin, sejarawan (seperti peneliti lain) ingin menggunakan sumber primer daripada sumber sekunder. Karena ketika seorang peneliti harus bergantung pada sumber data sekunder berarti dia menambah kesempatan data menjadi kurang akurat atau kurang rinci. Keakuratan data yang dilaporkan juga menjadi lebih sulit dicek kebenarannya. Sayangnya, sumber primer diakui lebih sulit diperoleh, terutama sumber kejadian yang masanya sangat lampau. Sumber sekunder merupakan suatu kebutuhan, oleh karena itu sumber sekunder digunakan cukup luas dalam penelitian histories. Namun demikian, jika semua sumber tersedia, penggunaan sumber primer lebih diprioritaskan.
-          Meringkas informasi yang diperoleh dari sumber-sumber Historis
Proses mengulas kembali dan menyaring data dari sumber histories pada dasarnya dijelaskan pada Bab 5—menentukan relevansi materi tertentu dengan pertanyaan atau masalah yang diselidiki; mencatat data sumber bibliografi yang utuh; mengorganisasikan data yang dikumpulkan dalam kategori-kategori berkaitan dengan masalah yang diselidiki (untuk suatu studi mengenai aktifitas harian yang muncul pada abad ke 19 di kelas SD, seorang peneliti dapat mengorganisir fakta-fakta ke dalam kategori seperti “pelajaran yang diajarkan”, “aktifitas pembelajaran”, “aktifitas bermain”, dan “tata tertib kelas”); serta meringkas informasi yang berhubungan (fakta penting, kutipan, dan pertanyaan) pada kartu catatan.
Namun demikian, pembacaan dan ringkasan data histories itu jarang rapi dan teratur. Edward J. Carr, seorang sejarawan, memberikan penjelasan berikut ini bagaimana sejarawan terikat dalam penelitian :
“Asumsi umum (diantara orang-orang awam) muncul bahwa sejarawan membagi pekerjaannya ke dalam dua fase atau periode yang dapat dibedakan. Fase pertama, dia menghabiskan waktu persiapan untuk membaca sumber dan memenuhi catatannya dengan fakta-fakta; kemudian, ketika fase ini selesai dia menyimpan sumber-sumber, mengambil bukunya kemudian menulis dari awal sampai akhir. Hal ini bagi saya merupakan hal yang diragukan dan gambaran yang tidak masuk akal. Bagi saya sendiri, segera setelah saya membaca beberapa sumber-sumber utama, keinginan menjadi sangat kuat lalu saya mulai menulis—tidak perlu di fase awal persiapan, tapi kapan saja, dan dimana saja. Setelah itu, membaca dan menulis dilakukan secara serempak. Tulisan ditambah, dikurangi, dibentuk kembali dan dibatalkan saat saya membaca. Bacaan dipandu dan diarahkan oleh tulisan; semakin saya menulis, semakin tahu apa yang saya cari, dan semakin saya mengerti kebermaknaan dan relevansi apa yang saya temukan”
-          Evaluasi Sumber-sumber Historis
Peneliti histories harus mengadopsi sikap kritis terhadap setiap dan semua sumber yang dia review. Peneliti tidak akan pernah yakin tentang keaslian dan keakuratan sumber-sumber histories. Suatu catatan mungkin saja ditulis oleh seseorang yang berbeda dengan orang yang menandatangani catatan tersebut. Suatu surat mungkin saja merujuk pada kejadian yang tidak terjadi, atau terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda. Suatu dokumen mungkin telah dipalsukan atau informasi dengan sengaja dipalsukan. Pertanyaan kunci bagi setiap peneliti histories adalah :
-       Apakah dokumen ini benar-benar ditulis oleh penulis sebenarnya? (apakah dokumen ini asli?)
-       Apakah informasi yang terdapat dalam dokumen ini benar ? (apakah dokumen ini akurat?)
Pertanyaan pertama merujuk pada apa yang disebut kritik eksternal; yang kedua disebut kritik internal.
Kritik Eksternal. Kritik eksternal merujuk pada keaslian setiap dan semua dokumen yang digunakan peneliti. Para peneliti yang terikat pada penelitian histories ingin mengetahui apakah dokumen yang mereka temukan benar-benar dipersiapkan oleh penulisnya yang asli. Jelas sekali, dokumen palsu dapat (dan kadang-kadang ya) mengarah pada kesimpulan yang keliru. Beberapa pertanyaan muncul dalam mengevaluasi keaslian sumber histories:
-  Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah penulis hidup pada masa tersebut? Beberapa dokumen histories telah terbukti dipalsukan. Sebuah artikel yang ditulis oleh Martin Luther King, Jr. sebenarnya mungkin saja dibuat oleh seseorang yang berusaha untuk menodai reputasi Martin Luther King Jr.
-  Apa tujuan penulisan dokumen? Untuk siapa dokumen ditujukan? Dan mengapa?
-  Kapan dokumen ditulis? Apakah tanggal yang tertera pada dokumen itu akurat? Apakah detil yang dijelaskan sebenarnya benar-benar terjadi pada saat itu?
-  Dimana dokumen ditulis? Apakah detil yang dijelaskan terjadi di tempat tersebut?
-  Di bawah kondisi apa dokumen ditulis? Apakah ada kemungkinan yang ditulis itu suatu paksaan?
-  Apakah ada bentuk atau versi dokumen yang lain?
Hal yang penting untuk diingat berkaitan dengan kritik eksternal adalah peneliti sebaiknya memastikan bahwa mereka menggunakan dokumen asli. Pertanyaan-pertanyaan di atas diarahkan sampai disini.
Kritik Internal. Sekali peneliti merasa puas bahwa dokumen sumbernya asli, mereka perlu menentukan apakah isi dari dokumen tersebut akurat. Hal ini melibatkan apa yang disebut kritik internal. Baik keakuratan informasi yang terkandung dalam dokumen maupun kebenaran penulis perlu dievaluasi. Kritik eksternal berkaitan dengan sifat atau keotentikan dari dokumen itu sendiri, sedangkan kritik internal berkaitan dengan isi dari dokumen. Apakah yang ditulis penulis benar-benar terjadi? Apakah orang-orang yang hidup pada masa itu berperilaku seperti yang penulis gambarkan? Benarkah peristiwa terjadi dengan cara cara seperti yang tertulis pada dokumen? Apakah data yang ditampilkan masuk akal? Namun, harus dicatat, bahwa peneliti sebaiknya tidak menolak pernyataan dalam dokumen itu kurang akurat hanya karena dia tidak mempercayainya—tidak mempercayai bahwa peristiwa itu terjadi. Peneliti harus menentukan apakah kejadian tertentu itu mungkin terjadi, bahkan jika peristiwa itu tidak dipercayai. Seperti kritik eksternal, beberapa pertanyaan perlu dikemukakan dalam upaya mengevaluasi keakuratan suatu dokumen dan kebenaran penulis dokumen tersebut.
Dengan rasa hormat pada penulis dokumen :
-          Apakah penulis ada pada saat kejadian yang dia jelaskan? Dengan kata lain, apakah dokumennya merupakan sumber primer atau sekunder? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sumber-sumber primer lebih dipilih daripada sumber sekunder karena dianggap lebih akurat.
-          Apakah penulis merupakan partisipan di dalamnya atau sebagai pengamat dari kejadian? Secara umum, kita mungkin berharap pengamat menghadirkan pandangan yang terpisah dan komprehensif tentang suatu kejadian. Saksi mata jelas berbeda laporannya mengenai kejadian yang sama, sebab itu pernyataan pengamat tidak lebih akurat dibandingkan pernyataan partisipan.
-          Apakah penulis berkompeten menjelaskan kejadian? Hal ini merujuk pada kualifikasi penulis. Apakah penulis merupakan ahlinya? Seorang pengamat yang tertarik? Atau hanya “orang yang lewat saja?”
-          Apakah penulis terlibat secara emosional dalam kejadian? Isteri seorang guru yang dipecat, misalnya mungkin dapat memberikan pandangan yang menyimpang mengenai kontribusi guru terhadap profesinya
-          Apakah penulis memiliki interes pribadi pada hasil dari kejadian? Seorang siswa yang selalu berbeda pendapat dengan gurunya, cenderung menggambarkan gurunya secara negative daripada kolega guru tersebut

-          Generalisasi Penelitian Historis
Dapatkah peneliti-peneliti historis menggeneralisasikan penemuan-penemuannya? Tergantung. Mungkin tampak jelas bagi anda, peneliti historis jarang (kalaupun ada),mampu mengkaji keseluruhan populasi individu atau keseluruhan populasi peristiwa. Para peneliti selalu memiliki sedikit pilihan kecuali dalam mengkaji suatu sampel tentang fenomena minat (phenomena of interest). Dan sampel yang dikaji ditentukan oleh sumber-sumber historis yang tersisa dari masa lampau. Berikut ini merupakan masalah tertentu bagi sejarawan, ketika dokumen-dokumen nyata, peninggalan-peninggalan bersejarah, dan sumber-sumber lainnya hampir selalu hilang, telah dihilangkan, atau dengan cara-cara lainnya tidak dapat ditemukan. Sumber-sumber yang tersedia ini barangkali tidak mewakili seluruh sumber yang mungkin saja ada.
Perkiraan, contohnya, seorang peneliti tertarik dalam memahami bagaimana studi sosial diajarkan di sekolah menengah pada akhir tahun 1800. peneliti dibatasi untuk mengkaji sumber-sumber apa saja yang tersisa pada saat. Peneliti dapat menggunakan beberapa buku teks yang ada pada waktu itu, ditambah buku-buku tugas, rencana-rencana pelajaran, tes-tes, surat-surat, dan korespondensi yang ditulis oleh guru-guru dan catatan harian guru-guru selama periode tersebut. berdasarkan pada review yang seksama terhadap sumber materi, peneliti menggambarkan beberapa kesimpulan tentang sifat pengajaran studi sosial pada saat itu. Peneliti perlu mengingat bahwa seluruhnya merupakan sumber-sumber tulisan dan sumber-sumber tulisan tersebut mungkin merefleksikan suatu pandangan yang berbeda dari orang-orang yang cenderung tidak menuliskan pemikiran-pemikiran, ide-ide, atau tugas-tugas mereka. Apa yang mungkin dilakukan oleh peneliti? Seperti semua penelitian, validitas setiap generalisasi yang digambarkan dapat diperkuat dengan menambah ukuran dan diversitas sampel data dimana generalisasi didasarkan. Untuk studi-studi yang melibatkan catatan studi kuantitatif, komputer membuat generalisasi mungkin terjadi, contohnya, bagi seorang peneliti dapat menggambarkan sampel data yang representatif dari kelompok-kelompok besar siswa, guru, dan elemen-elemen lain dapat diwakili oleh dokumen-dokumen sekolah, skor tes, laporan sensus, dan dokumen lainnya.
Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Historis
Keunggulan utama penelitian historis adalah penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dikaji oleh penelitian lain. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan di awal bab ini. Sebagai tambahan, penelitian historis menggunakan macam-macam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya (dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi). Penelitian historis menyediakan suatu alternatif dan mungkin sumber informasi yang lebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat dikaji melalui metodologi lainnya. Seorang peneliti berharap menyelidiki hipotesis bahwa “perubahan kurikulum tidak melibatkan perencanaan luas dan partisipasi yang melibatkan guru-guru selalu gagal” dengan mengumpulkan data wawancara atau hasil observasi terhadap kelompok-kelompok guru yang (1) berpartisipasi dan (2) tidak berpartisipasi dalam pengembangan perubahan kurikulum (studi kausal komparatif) atau dengan mengatur partisipasi guru yang berbeda-beda (suatu studi eksperimental). Pertanyaan dapat juga dikaji dengan menguji dokumen-dokumen yang disiapkan 50 tahun kebelakang melalui penyebarluasan kurikula baru (laporan penyebarluasan); melalui guru-guru (catatan-catatan hariannya).
Kelemahan penelitian historis adalah tidak adanya kontrol yang mengendalikan gangguan terhadap validitas internal. Pembatasan dilakukan oleh sifat sampel dokumen dan proses instrumentasi (analisis dokumen) barangkali begitu ketat. Peneliti-peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample), ataupun apakah mereka dapat memeriksa reliabitas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. Tergantung pada pertanyaan yang dikaji, seluruh atau beberapa gangguan terhadap validitas internal. Kemungkinan terjadinya bias disebabkan karakteristik peneliti (dalam pengumpulan dan analisis data) selalu muncul. Kemungkinan bahwa adanya hubungan yang diobservasi disebabkan karakteristik subjek (individu yang menyiapkan dokumen), implementasi, sejarah, kedewasaan, sikap, atau gangguan lokasi juga selalu terjadi. Walaupun setiap gangguan tergantung pada sifat studi tertentu, metode untuk mengontrol gangguan sayangnya tidak tersedia pada peneliti. Sebab banyak hal bergantung pada kemampuan dan integritas peneliti-ketika kontrol-kontrol metodologis tidak tersedia- kita percaya bahwa penelitian historis merupakan jenis penelitian yang paling sulit dilaksanakan.

CONTOH PENELITIAN HISTORIS
ANALISIS TERHADAP STUDI
Tujuan / pembenaran
Tujuan dari studi ini sudah jelas, untuk menyelidiki pengajaran studi sosial dalam kampanye literasi dibagian selatan amerika selama tahun 1915-1930. pembenaran (justifikasi) dalam studi ini kurang jelas. Apakah penting mengklarifikasi hubungan antara studi sosial dan tujuan dasar dari gerakan, yang mana yang dapat meningkatkan literasi? Penulis percaya bahwa hasil analisisnya berdampak terhadap usaha-usaha yang ada untuk mengubah bentuk studi sosial, tapi penulis tidak secara langsung menjustifikasi studi mereka pada ranah ini.
Definisi
Tidak ada definisi yang diberikan. Yang penulis lakukan hanya menjelaskan kampanye literasi. Istilah umum lainnya, termasuk “studi sosial”, “kewarganegaraan”, dan “patriotisme” tidak dibatasi kecuali oleh implikasi dalam isi penelitian.
Penelitian yang Mendahului
Tidak ada kutipan mengenai penelitian terdahulu; agaknya tidak ada petunjuk secara khusus berkenaaan dengan topic pada studi ini. Seperti biasa dalam penelitian histories, yang berperan sebagai sumber informasi bukanlah penelitian terdahulu melainkan bukti-bukti.
Hipotesis
Hipotesis tidak dinyatakan atau tidak tercantum secara jelas. Tampaknya penulis tidak memiliki ekspektasi untuk apa data ditunjukkan, dengan memberitahukan hipotesis dapat memperbaiki studi yang dilakukan peneliti. Contoh hipotesis: “ Materi-materi kurikulum yang dikembangkan sebagai bagian dari kampanye literasi di bagian Selatan Amerika (Southern Literacy Campaign) menunjukkan suatu usaha yang dengan sengaja mengajarkan Amerika Serikat, dalam keadaan perang maupun damai, bertindak menggunakan prinsip-prinsip moral yang tinggi.”

Sampel           
Persoalan pengambilan data (sampling) pada penelitian histories merupakan hal yang berbeda dibandingkan pada penelitian lainnya. Tidak ada populasi orang-orang yang dijadikan sample. Hal ini disebabkan bahwa suatu populasi dokumen-dokumen yang relevan (atau sumber informasi relevan lainnya) dapat menjadi sampel secara acak. Jarang, dan jika terjadi, bagaimanapun, ada alasan yang memaksa untuk tidak menggunakan seluruh dokumen. Tugas peneliti histories adalah menemukan dokumen-dokumen, menganalisis keaslian dokumen, dan, jika perlu, menilai manfaat relative dokumen-dokumen tersebut.Kita harus berasumsi bahwa tugas-tugas tersebut telah dilakukan pada studi ini.
Instrumentasi
Sekali lagi, tidak ada instrumentasi yang dibicarakan pada studi ini. Yang dimaksud dengan instrument di sini adalah pembawaan peneliti dalam menemukan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang berkaitan. Konsep reliabilitas memiliki sedikit hubungan dengan data histories karena masing-masing data tidak secara bermakna mempertimbangkan sebuah sample yang melintasi isi ataupun waktu. Persoalan validitas, di sisi lain merupakan hal terpenting. Validitas ditujukan melalui evaluasi sumber-sumber dan melalui perbandingan sumber-sumber berkenaan dengan hal-hal yang sama (peristiwa, peristiwa, objek-objek, dan lainnya). Pada studi ini, penulis telah mempertahankan sumber-sumbernya-kita harus menerima kredibilitas penulis. Tidak ada satupun bukti-bukti langsung yang merupakan sumber-sumber berbeda telah mereka hadirkan sepakat dengan mematuhi hal-hal tersebut. PEnulis telah mengutip beberapa sumber dari materi-materi kurikulum mendukung kesimpulan penulis, yaitu bahwa patriotisme ditanamkan dalam mater-materi literasi. Kutipannya,bagaimanapun, seluruhnya merupakan karya seorang penulis (Cora Wilson Stewart), dengan tidak ada demonstrasi bahwa karyanya dominant atau khas dalam penggunaan bahan ajar. Dengan rasa hormat terhadap “kewarganegaraan”,dua penulis dikutip, tapi bukan mendukung hal yang sama, yaitu, kutipan dari Gray yang menekankan penerapan keadilan yang sederajat untuk semua warga negara, sementara kutipan dari Stewart yang mendukung pelayanan pemerintah.
Prosedur/ Validitas Internal
Laporan penelitian ini lemah dalam hal perencanaan sistematis. Tidak ada pembahasan tentang merencanakan jenis-jenis sumber yang diikuti, merencanakan criteria yang akan dianalisis secara rinci, atau bagaimana analisis akan dilaksanakan. Setelah bagian Pendahuluan, penulis dengan segera memberikan kutipan tanpa menyediakan alasan mengapa kutipan ini dipilih. Suatu bagian pada metode nampak diperlukan.
Secara keseluruhan, prosedur yang diikuti jelas-jelas dipotong (clear-cut). Penulis-penulis pada dasarnya melibatkan penemuan dan analisis berikutnya tentang sumber-sumber informasi yang berkaitan. Replikasi studi memerlukan hanya dokumen-dokumen yang sama (atau mungkin pilihan) yang diperoleh dan dianalisis. Sifat studi ini membuat banyak gangguan terhadap validitas internal yang telah kita diskusikan tidak berlaku di studi ini, karena tidak ada hubungan diantara variable yang dilaporkan. Pengecualian-pengecualian adalah mengenai bias kolektor data dan karakteristik kolektor data. Karena penelitian historis seluruhnya menyandarkan pada interpretasi dan informasi data pendukung dari peneliti, satu yang tidak akan pernah menjadi nyata bahwa suatu studi individual, seperti studi ini, bukan merupakan produk bias perseorangan dari peneliti ataupun karakteristik peneliti.
Analisis data
Prosedur analisis data, tidak digunakan pada studi ini, jugatidak sejelas dengan yang seharusnya terjadi. Beberapa pengolahan dari frekuensi keterjadian dari topic yang spesifik dapat memperkuat interpretasi penulis.
Hasil dan Pembahasan
Secara umum, hasil studi seharusnya dijaga terpisah dari pembahasan hasil, namun pemisahan ini sangat sulit diterapkan pada penelitian histories.Pertanyaan yang diajukan disini apakah data yang disediakan membenarkan kesimpulan penulis. Anggapan-anggapan penulis bahwa isi studi social dari kampanye literasi di bagian selatan Amerika menjadikan arus ekspektasi social tidak didokumentasikan, mensyaratkan agar pembaca membuat perbandingannya sendiri dalam hal ini. Pernyataan penulis bahwa kemampuan analitis dan kemampuan kritis tidak ditekankan, hal ini konsisten dengan contoh-contoh yang diberikan, namun tidak secara khusus didokumentasikan.
Kesimpulan penulis bahwa studi social tidak sama penting dengan tujuan lainnya dalam kampanye tampak diberikan sejak penekanan dasar, seperti yang penulis nyatakan pada permulaan, dalam membaca dan menulis. Tidaklah mengejutkan bahwa tujuan studi social tidaksama pentingnya dengan tujuan ekonomi dalam motivasi pembuat rencana kampanye. Kita menyetujui bahwa pola-pola ini saat ini masih ada, kita tidak memandang bahwa penulis telah mendokumentasikan pada kasus ini.
Akhirnya, tidak jelas bagi kita bagaimana studi ini membenarkan kesimpulan-kesimpulan, dinyatakan pada bagian pendahuluan, bahwa perubahan studi social terbukti sangat sulit. Bukti-bukti yang ditawarkan bahwa konsep-konsep baru tidak dicerminkan pada materi-materi literasi (yang diharapkan), namun di sini tidak ada bukti yang dapat kita lihat, bahwa usaha-usaha yang dilakukan melalui studi social untuk memajukan kewarganegaraan dan patriotisme tidak sepenhnya berhasil. Lalu, apakah hal ini berlaku saat sekarang?

02.  Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini  sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau  dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya  memiliki proses dan sadar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antarvariabel.
Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut :
Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yag sangat sediit, akibatnya biasa dalam membuat kesimpulan.
Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliable.
Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
Langkah-langkah dalam melaksanakan Penelitian Deskriptif
Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.
  1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
  3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
  5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.
  7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
  8. Membuat laporan penelitian

Macam-macam Penelitian Deskriptif
Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian deskriptif. Setiap ahli penelitian sering dalam memberikan infomasi tentang pengelompokan jenis penelitian deskriptif, cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya dipengaruhi oleh pandangan dan pengetahuan yang menjadi latar belakang para ahli tersebut. Perbedaan pandangan tersebut, salah satu diantaranya bila dilihat dari apek bagaimana proses pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dilakukan oleh  peneliti.
Dari aspek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan, macam-macam penelitian deskrptif minimal dapat dbedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan dari atau self-report, studi perkembangan, studi lanjutan, (follow-up study), dan studi sosiometrik.
-          Penelitian Laporan Dari (Self-Report research)
Dari kaitannya dengan data yang dikumpulkan maka penelitian deskriptif mempunyai beberapa macam jenis termasuk di antaranya laporan diri dengan menggunakan observasi. Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan oleh orang  tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti.
Dalam penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatanya dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan.
Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti harus dapat menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal. Salah satu contoh penelitian menggunakan self-report dapat dilihat dalam laporan tentang studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.
Contoh Penelitian Deskriptif menggunakan self-report
Studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
Studi banding tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil menengah ini mempunyai 5 tujuan penting, yaitu :
  • Mengidentifikasi faktor-faktor pembangunan usaha mikro kecil dan menengah melalui sistem kelembagaan.
  • Memperoleh informasi tentang faktor-faktor pengembangan kelembagaan bagi koperasi usaha kecil dan menengah.
  • Meningkatkan kerja sama lembaga pemerintah agar secara komperehensif mempunyai sistem pembiayaan yang relevan dengan kebutuhan para pengusaha.
  • Merumuskan kebijakan, implementasi, dan sistem monitoring yang relevan dengan kelembagaan dan sistem pembiayaan  usaha kecil dan menengah.
  • Memperoleh model best practice tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan di Negara Filipina yang mungkin dapat diterapkan sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.
Penelitian studi banding ini menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan self-report. Tempat penelitian adalah lembaga tinggi depertemen perdagangan dan industri dan lembaga lain dan lembaga lain yang menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah. Lembaga lembaga lain tersebut termasuk kantor Biro Pengembangan Usaha Kecil Menengah (BSMD), Kantor Technology Livelihood Resource Center (TLRC). COLOMBO PLAN STAFF CALLEGE (CPSC), dan Technology Universisty of Philippines (TUP). Subjek penelitiannya adalah nara sumber yang memiliki informasi yang diperlukan dan mereka yang berhasrat dan bersedia bekerja sama dalam memberikan informasi.
Studi banding ini  mempunyai hasil yang dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu lembaga pengelolaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan menengah. Yang berkaitan dengan lembaga pengelola UKM diantaranya adalah termasuk:
Pengembangan usaha kecil dan menengah di pilipina dibawah Department Of Trade and Industry (DTI), dengan melibatkan beberapa biro yang ada ditingkat nasional dan regional.
Yang termasuk pengusaha kecil dan menengah di pilipina, adalah para pengusaha atau entrepreneur ,baik indifidual maupun kelompok warga Negara Filipina yang memiliki ciri–ciri seperti berikut : Pengusaha mikro mempunyai asset <P1,500,001; pengusaha kecil mempuyai asset P 1,500,001-P 15,000,000; dan pengusaha menengah mempuyai P15,000,001-P60,000,000
Ada enam lembaga tinggi Negara dan beberapa kantor yang relevan dengan macam-macam kegiatan bisnis sebagai sebagai tempat pendaftaran dan yang akan membantu perkembangan dan pertumbuhan usaha baru tersebut. Program pemerintah yang terkait dengan usaha kecil dan menengah di lakanakan oleh semua lembaga yang relevan termasuk kantor yang berada dibawah tanggung jawab departemen perdagangan dari industri, depertemen keuangan, anggaran dan manajemen. Pertanian, reformasi agraria, lingkungan dan sumber daya alam, tenaga kerja dan perburuhan, transportasi dan komunikasi, pekerjaan dan pubik jalan raya, pemerintah dan dan pariwisata, sains dan teknologi, ekonomi nasional dan otoritas pengembangan semua Bank sentral Filipina baik tingkat nasional, regional, dan provinsi. Pada masing-masing kantor lembaga mempunyai prosedur, wewenang,dan jumlah pembiayaan pendaftaran yang dicantumkan secara jelas. Wewenang, prosedur dan jumlah biaya yang jelas tersebut, pada prinsipnya adalah untuk mempermudah bagi para pengusaha, kita mereka melakukan pendaftaran usahanya ke kantor lembaga tersebut.
-          Studi Perkembangan (Developmental Study)
Studi perkembangan atau devlopmental study banyak dilakukan oleh peneliti di bidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku, sasaran penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku secara individual maupun dalam kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang utamakan membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan demensi yang terjadi pada seorang respoden. Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya: intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan baik secara cross-sectional atau logiotudinal.
Jika penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada waktu yang sama dan disimultan menggunakan berbagi tingkatan variabel untuk diselidiki. Data yang diperoleh dari masing-masing tingkat dapat dideskripsi dan kemudian di komparasi atau dicari tingkat asosiasinya. Dalam penelitian perkembangan model longitudinal, peneliti menggunakan responden sebagai sampel tertentu, misalnya: satu kelas satu sekolah, kemudian dicermati secara intensif perkembangannya secara continue dalam jangka waktu tertentu seperti tiga bulan, enam bulan, satu tahun. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk digunakan sebagai informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian.
-          Studi Kelanjutan (Follow-up study)
Study kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan, misalnya rogram pendidikan. Studi kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksteral, setelah subjek atau responden menerima program di suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh Badan Akreditasi Nasional menganjurkan adanya informasi tingkat serapan alumni dalam memasuki dunia kerja, setelah mereka selesai program pendidikannya. Dalam penelitian studi kelanjutan biasanya peneliti mengenal istilah antara output dan outcome. Out (keluran) berkaitan dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran di selesaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan data yang di ambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan, misalnya program pendidikan kepada subjek yang di teliti setelah mereka kembali ke tempat asal yaitu masyarakat.
-          Studi Sosiometrik (Sociometric study)
Yang dimaksud dengan sosiometrik adalah analisis hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok individu. Melalui analisis pilihan individu atas dasar idola atau penolakan sesorang terhadap orang lain dalam suatu kelompok dapat di tentukan.
Prinsif teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah penanyakan pada masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan denga siapa dia paling suka, untuk bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Pada kasus ini, dia dapat memilih satu atau tiga dalam kelompoknya. Dari setiap anggota, peneliti akan memperoleh jabatan yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
Dalam sosiogram tersebut pada umumnya digunakan beberapa batasan istilah yang dapat menunjukan posisi individu dalam kelompoknya. Beberapa istilah tersebut seperti misalnya:
  • “Bintang”  diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh para anggotanya,
  • “Terisolasi” di berikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam kelompok,
  • “Klik” diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing orang dalam kelompoknya.
Dibidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk menentukan hubungan variabel status seseorang misalnya pemimpin formal, pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam kelompoknya dengan variabel dalam kegiatan pendidikan. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarlkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek yang di teliti secara tepat.
Penelitian deskriptif mempunyai keunikan diantaranya, seperti berikut.
  • Menggunakan kuesioner atau wawancara sering kali hanya mendapatkan responden yang sedikit yang dapat menakibatkan biasanya kesimpulan;
  • Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadang kala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai;
  • Memerlukan permasalahan yang di rumuskan ssecara jelas, agar pada waktu menjaring data di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan.
Dilihat dari aspek pengumpulan data di lapangan, penelitian deskriptif dapat dibedakan antara lain menjadi penelitian diri, studi perkembangan, studi kelanjutan, dan studi sosiometrik.
  • Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah seperti berikut.
  • Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  • Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
  • Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  • Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
  • Menentukan kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  • Mendesain metode penelitian yamg hendak di gunakan, termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.
  • Mengumpulkan dan mengorganisasi serta menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika  yang relevan.
  • Membuat laporan penelitian

03.  Penelitian perkembangan
Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi dari waktu.
- Memusatkan perhatian pada ubahan-ubahan dan perkembangannya selama jangka waktu tertentu. Meneliti pola-pola pertumbuhan, laju, arah, dan urutan perkembangan dalam beberapa fase.
Penelitian ini umumnya memakai waktu yang panjang atau bersifat longitudinal. Dan biasa dilakukan oleh peneliti ahli dengan fasilitas cukup.
a) Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan suatu objek penelitian dari awal sampai akhir.
Tujuan penelitian perkembangan
a.       Untuk menyelidiki pola perurutan pertumbuhan dan atau perubahan yang dihubungakan dengan waktu.
b.       Menjawab pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan : pola pertumbuhan, laju, arah, urutan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi objek penelitian.
Contoh penelitian perkembangan:
a.       Penelitian laju pertumbuhan anak dari usia 3 tahun sampai 5 tahun.
b.      Penelitian mengenai sifat-sifat dan laju pertumbuhan anak balita, remaja dan dewasa
c.       Studi-studi kecenderungan yang di maksudkan unuk menentukan pola-pola perubahan di masa lampau aga dapa meramalkan pola-pola kondisi di waktu yang akan datang.
Ciri-ciri penelitian perkembangan
1.    Bersifat longitudinal atau cross sectional.
2.    Penelitian perkembangan memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan pekembangannya  selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan “ Bagaimankah polapola pertumbuhannya, lajunya, arahnya, peraturannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu”.
3.    Studi-studi kecenderungan mengandung kelemahan bahwa faktor-faktor yang tak dapat diramalkan mungkin masuk dan memodifkasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan masa lampau yang tidak sah. Pada umumnya, ramalan untuk masa yang panjang adalah educated guess, sedang untuk waktu yang pendek adalah lebih reliabel atau lebih valid.

04.  Penelitian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
 2. Jenis-jenis Studi Kasus
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

3. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit
sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga
dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang
lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
e. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.

4. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum
atau bahkan dengan kepentingan nasional.
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan
oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu
diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh
berbagai keterbatasan.
c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang
berbeda-beda.
d. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja,
baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip
selektifitas.
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi
pada pembaca.


Perhatian
Orientasi teoritik dan pemilihan pokok studi kasus dalam penelitian kualitatif bukanlah perkara yang mudah, tetapi tanpa memperdulikan kedua hal tersebut akan cukup menyulitkan bagi peneliti yang akan turun ke lapangan. Dengan memahami orientasi teoritik dan jenis studi yang akan dipilih maka setidak-tidaknya seorang peneliti telah akan mempersiapkan diri sebelum benan-benar terjun dalam kancah penelitian. Di dalam penyusunan desain penelitian kedua hal tersebut hendaknya sudah dapat ditentukan, meskipun masih bersifat sementana.
Untuk dapat mengatasi kesulitan dalam menentukan orientasi teoritik pemilihan pokok studi, terutarna dalam studi kasus, Guba dan Lincoln (1987) memberikan saran-saran sebagai berikut: Pertama, bagi peneliti pemula hendaknya banyak membaca sebanyak mungkin laporan-laporan kasus yang ada sehingga mereka dapat mempelajari bagaimana para peneliti menyusunnya. Kedua, mereka hendaknya bergabung dengan para penulis kasus yang baik untuk memahami bagaimana mereka bekerja. Ketiga, mereka harus berlatih menulis laporan kasus, dan terakhir, mereka harus meminta kritik-kritik yang positif dan para ahli.
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian , penelitian kasus lebih mendalam.
Penelitian kasus dengan penelitian eksperimen untuk satu variabel dapat dikatakan mempunyai kemiripan. Penelitian eksperimen satu variabel mengenai satu subjek tunggal sedangkan penelitian kasus mengenai sebuah unit terpisah yang tunggal misalnya sebuah keluarga, sebuah kelompok atau satuan rumah tangga. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek yang ditatap. Dalam penelitian eksperimen satu variabel peneliti mengarahkan perhatiannya hanya pada satu jenis tingkah laku atau dalam jumlah yang sangat terbatas, sedangkan pada studi kasus peneliti mencoba untuk menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku.
Di dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya suatu perkemabangan variabel tersebut.
Tekanan penelitiannya adalah:
a.      Mengapa individu tersebut bertindak demikian,
b.      Apa ujud dari tindakan itu
c.       Bagaimana ia bertindak dan bereaksi terhadap linkungannya.
Konsekuensi dari studi kasus yang dilakukan dengan baik adalah bahwa studi tersebut harus dilakukan dengan baik adlah bahwa studi tersebut harus dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Peneliti berusaha mengumpulkan data yang menyangkut individu atau unit yang dipelajari memgenai: gejala yang ada saat penelitian dilakukan, pengalaman waktu lampau, lingkungan kehidupannya dan bagaimana faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain.
    Contoh:
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang. Sifatnya keras, suka membantah. Sikapnya berang tetapi prestasinya luar biasa baik.
Siswa seperti pantas dijasikan “kasus”, artinya dijadikan subjek dalam penelitian kasus.
Didalam penelitian tersebut siswa apa  sebab mempunyai tingkah laku yang demikian. Apa latar belakangnya, bagaimna sejarahnya dan seterusnya.
Penelitian kasus memusatkan perhatian kepada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
1.      Tujuan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
2.      Contoh
a.    Studi lapangan yang tuntas mengenai kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat terpencil.
b.    Studi secara mendalam mengenai seorang anak yang mengalami ketidakmampuan belajar yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi.
3.      Ciri-ciri
a.   Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganim mengenai kasus itu mengenai penellitian ini antara lain mencakup keseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen-segmen tertentu pada faktor-faktor kasus.
b.   Studi kasus cenderung meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi yaang besar jumlahnya.
1.   Penelitian kasus sangat berguna untuk berguna untuk informasi latar belakang guna merencanakan yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial.
Ia lebih intensif menerangi variabel-variabel yang penting, proses-proses dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas. Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan, juga merupakan sumber hipotesis.
2.   Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk memeberi gambaran mengenai penemuan-penemuan yang disimpulkan dengan statistik.
Kelemahan:
a.   Tidak memungkinkan generalisasi yang obyektif pada populasi sebab perincian kasus memang terbatas representatnya.
b.   Penelitian kasus sangat peka terhadap keberatan sebelahan yang subjektif maka hasilnya kurang objektif.
4.      Langkah-langkah pokok
a.   Merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Apakah yang dijadikan unit studi itu dan sifat-sifat, saling hubungan serta proses-proses yang mana akan menuntun penelitian.
b.   Merancangkan cara pendekatannya. Bagaimana unit-unit itu akan dipilih? Sumber-sumber data mana yang tersedia. Metode pengumpulan data mana yang akan digunakan?
c.   Mengumpulkan data.
d.   Mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik.
e.    Menyusun laporannya dengan sekaligus mendiskusikan makna hasil tersebut.

05.  Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks  Penelitian lapangan biasa diadakan di luar ruangan.

Hal-hal yang Dilakukan dalam Penelitian Lapangan

Ketika peneliti melakukan penelitian lapangan, ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan:
• Mengamati kejadian sehari-hari yang biasa/tidak biasa dalam setting kehidupan sehari-hari
• Terlibat langsung apakah orang yang diteliti.
• Memperoleh sudut pandang orang yang diteliti sekaligus mempertahankan perspektif analitis orang luar.
• Menggunakan beragam teknik dan keterampilan sosial secara luwes
• Menghimpun data berbentuk catatan rinci, bagan, peta, maupun gambar untuk keperluan deskripsi.
• Memandang gejala dalam konteks sosial.
• Mengembangkan empati dengan orang yang diteliti.
• Memperhatikan aspek-aspek kebudayaan.
• Tidak memaksakan sudut pandang sebagai orang luar.
• Mampu mengatasi stres, ketidakpastian, dan masalah-masalah etis.

Langkah-langkah Penelitian Lapangan

Untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian lapangan, seorang peneliti perlu mengembangkan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus perhatian.
  2. Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam lokasi tersebut.
  3. Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan orang yang diteliti.
  4. Memilih peran sosial.
  5.  Mengumpulkan data di lapangan.
  6. Menganalisa data, mengembangkan, dan mengevaluasi hipotesa kerja.
  7. Memfokuskan pada aspek-aspek khusus dari setting yang diamati dan melakukan pengambilan sampel secara teoritis.
  8. Melakukan wawancara.
  9. Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisa, dan menulis laporan penelitian lapangan.

06.  Penelitian Korelasi
a.       Tujuan
Tujuan penelitian koresional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaian dengan variasi-variasi pada satu atau labih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Korelasi merupakan salah satu metode penelitian secara kuantitatif asosiasi ataupun relasi satu variabel interval dengan variabel interval lainnya. Misalnya, melihat relasi hipotetikal antara lamanya waktu belajar dengan nilai ujian tinggi.
Korelasi diukur dengan suatu koefisien (r) yang mengindikasikan seberapa banyak relasi antar dua variabel. Daerah nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00. Dengan +1.00 menyatakan hubungan yang sangat erat, sedangkan -1.00 menyatakan hubungan negatif yang erat.
Panduan untuk nilai korelasi tersebut :
+ atau - 0.80 hingga 1.00    korelasi sangat tinggi
         0.60 hingga 0.79    korelasi tinggi
         0.40 hingga 0.59    korelasi moderat
         0.20 hingga 0.39    korelasi rendah
         0.01 hingga 0.19    korelasi sangat rendah
“korelasi tidak menyatakan hubungan sebab-akibat”. Dari contoh di atas, korelasi hanya menyatakan bahwa ada relasi antara motivasi belajar dengan nilai ujian tinggi, namun bukan “motivasi belajar menyebabkan nilai ujian tinggi”. 
                        Karakteristik penelitian korelasi sebagai berikut:
a.  penelitian korelasi tepat jika variable kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variable seperti dalam penelitian eksperimen
b.  memungkinkan variable diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata
c.  memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

07.  Penelitian  Kausal Komparatif
Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
a.        Tujuan
Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
b.  Kelebihan
* Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.
* Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.




c.  Kelemahan
1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
2. Faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, yang menyebabkan masalah menjadi sangat kompleks.
3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda.
4. Karena variabel bebas telah terjadi , maka kontrol variabel tidak dapat dilakukan.
5. Tidak terlalu berorientasi terhadap hubungan sebab akibat.
6. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi seringkali penelitian yang demikian tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
d. Langkah-langkah
Penelitian kausal komparatif juga di awali dengan
1. Permasalahan penelitian.
2. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
3. Melakukan kajian pustaka
4. Mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat
5. Menentukan metode penelitian dengan teknik statistik yang relevan.

contoh hasil metode kausal komparatif :
SKEMA PEMBIAYAAN PERBANKAN DAERAH MENURUT KARAKTERISTIK
UMKM PADA SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selalu menarik untuk dikaji dengan berbagai
alasan. Meskipun aspek pembiayaan disadari bukanlah satu-satunya masalah, namun
dukungan penyaluran kredit demi pengembangan UMKM ini masih merupakan aspek yang
sangat krusial sifatnya. Permasalahan lainnya adalah belum terdapat hasil kajian yang
memuaskan tentang pemetaan dan skema pembiayaan perbankan daerah menurut karakteristik
UMKM pada tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Studi ini adalah tentang pola alokasi kredit perbankan daerah untuk UMKM. Karenanya,
tujuan utama penelitian ini adalah untuk:
1) mengidentifikasi program pembiayaan UMKM
Untuk bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtanggayang dilakukan oleh perbankan daerah; 2) mengidentifikasi kendala skema penyaluran kredit UMKM dari sisi perbankan dan dari sisi pengusaha UMKM; 3) menyusun dan mendeskripsikan peta penyaluran kredit perbankan daerah bagi UMKM menurut tipologi
UMKM dan kategori kelompok bank serta memformulasikan batasan atau indikator optimal
penyaluran kredit UMKM; dan 4) mengidentifikasi dan mendeskripsikan peta tipologi
UMKM menurut sektor industri atau komoditas di daerah kabupaten/kota Sulsel.
Penelitian di wilayah propinsi Sulsel ini dilaksanakan dengan memilih 6 kabupaten/kota
sampel yaitu Makassar, Gowa, Bulukumba, Bone, Enrekang dan Pare-Pare. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui dua tipe
sampel yaitu: a) sampel perbankan dan instansi terkait (39 informan) melalui indepth
interview; dan b) sampel pengusaha (344 responden) melalui survey dengan wawancara
terstruktur. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kausal-komparatif untuk
menentukan faktor kendala penyaluran skema kredit UMKM dari sisi perbankan dan sisi
pengusaha UMKM.
Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa masih diperlukan suatu skema kredit khususyang memungkinkan para pengusaha UMKM untuk mengakses dana perbankan daerah secara optimal. Tingkat kemacetan kredit bagi UMKM di Sul-Sel adalah rendah (2-3%), sehingga pengusaha UMKM layak mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh kredit dari pihak perbankan daerah. Salah satu penyebab kurang optimalnya penyaluran kredit perbankan daerah bagi UMKM adalah terbatasnya kewenangan perbankan daerah untuk mendesain skim yang sesuai kondisi kebutuhan UMKM di daerah. Skim pembiayaan perbankan daerah dengan melibatkan PEMDA atau lembaga terkait lainnya tampak meletakkan UMKM hanya sebagai objek belum sebagai subjek pengembangan. Skim pembiayaan yang diterapkan selama ini oleh perbankan tidak pula mendorong munculnya inovasi skim pembiayaan bagi UMKM, sehingga persaingan antar bank terletak pada kapasitas pelayanan yang ditentukan oleh luas jaringan yang dimiliki perbankan. Kedepan, perbankan daerah di Sulsel selayaknya menyalurkan kredit dengan skim berbeda untuk masing-masing usaha mikro, kecil dan menengah terutama bagi sektor ekonomi unggulan Sulsel seperti ketiga bidang usaha:agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga.
Ciri-ciri pokok
Penelitian kausal-komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (telah lalu). Penelitian mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusur kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya.

Keunggulan-keunggulan :
  1. Metode kausal-komparatif adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan ketika: a) Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.b) Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistis dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.c) Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika  diragukan/ dipertanyakan.
  2. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.
  3. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Kelemahan-kelemahan :
  1. Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, peneliti harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis saingan yang mungkin diajukan yang dimungkinkan mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulannya terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
  2. Adalah sulit untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
  3. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan masalah menjadi sangat kompleks.
  4. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
  5. Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sulit untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
  6. Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor saling berhubungan tidaklah selalu memberi implikasi adanya hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
  7. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya: golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan pembandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori seperti itu bersifat kabur , bervariasi dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
  8. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya pada kepada variabel bebas adalah sangat sulit.

08.  Penelitian Eksperimen Sungguhan (True Experimental Research)
a.       .    Tujuan
Tujuan penelitian eksperimen sungguhan adalah: untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat. Dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimantal satu atau lebih kondisi perilakuan yang membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok control yang tidak di kenai kondisi perlakuan.
b.         Contoh-Contoh :
1.      Penelitian untuk menyelidiki pengaruh dua meted mengajar sejarah pada murid-murid kelas 3 SMA sebagai fungsi ukuran kelas (besar dan kecil) dan taraf intelegensi murid (tinggi, sedang, rendah).
  1. penelitian untuk menyelidikiefek program pencegahan penyalahgunaan obat terhadap sikap murid-murid SMP, dengan mengunakan kelompok eksperimen (yang dikenalkan dengan program itu) dan dengan mengunakan rancangan pretest-posttest dimana hanya separo dari mrid-murid itu secara random menerima pretest untuk menentukan seberapa besarnya perubahan sikap itu dapat dikatakan disebabkan oleh pretesting atau oleh program pendidikan
  2. penelitian untuk menyelidiki efek pemberian tambahan makanan di sekolah kepada murid-murid SD di suatu daerah dengan memperhatikan keadaan social ekonomi orang tua dan taraf intelegensi
c.          Ciri-ciri Experimantal Designs
  1. Menuntut pengaturan variable-variabel dan kondisi-kondisi experimental secara tertib-ketat, baik dengan control atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi
  2. Secara khas mengunakan kelompok control sebagai garis besar, untuk dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan experimental
  3. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians : A.    Untuk memaksimalkan varians variable yang berkaitan dengan hipotesis penelitian. B.    Untuk meminimalkan varians variable pengganggu atau yang tidak di inginkan yang mungkin mempenggaruhi hasil exsperiment tetapi yang tidak menjadi tujuan penelitian  C.    Untuk meminimalkan varians kekeliruan atau varians rambang, termasuk apa yang disebut kekeliruan pengukuran. Penyelesaian terbaik : pemilihan subyek secara rambang, penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara rambang, penentuan perlakuan eksperimental kepada kelompok secara rambang
  4. Internal validity adalah sine qua non untuk rancangan ini dan merupakan tujuan pertama metode experimental,
  5. Tujuan kedua metode experimental adalah external validity, yang penelitian ini ada beberapa jauh hasil-hasilnya dapat digenerlisasikan kepada subyek-subyek atau kondisi-kondisi yang semacam.
  6. Dalam Rancangan experimental yang klasik, semua variable penting diusahakan agar konstan kecuali variable perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
  7. Walaupun cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara itu memungkinkan untuk mengontrol variable-variabel yang relevan, namun cara ini juga paling restriktif dan dibuat-buat. Ciri inilah yang merupakan kelemahan utama kalau metode ini digunakan kepada manusia dalam dunianya , karena manusia sering dibuat lain apabila tingkahlakunya dibatasi secara artificial, dimanipulasikan atau diobserfasi secara sistematis atau di evaluasi  
d.          Langkah-langkah pokok
  1. Lakukan survai kepustakaan yang relevan bagi masalah yang akan di garap
  2. Identifikasi dan definisikan masalah
  3. Rumuskan hipotesis, berdasarkan atas penelaahan kepustakaan
  4. Definisikan pengertian-pengertian dasar dan variable-variabel utama
  5. Susun rancangan eksperimen: a)    Identifikasi bermacam-macam variable yang relevan. b)    Identifikasi variable-variabel non eksperimental yang mungkin mencemarkan eksperimen, dan tentukan bagaimana caranya mengontrol variable-variabel tersebut. c)    Tentukan rancangan eksperimennya. d)    Pilih subyek yang representative bagi populasi tertentu, tentukan sikap-sikap yang masuk kelompok eksperimen. e)    Terapkan perlakuan. f)    Pilih atau susun alat untuk mengukur hasil eksperimen dan validasikan alat tersebut. g)    Rancangkan prosedur pengumpulan data, dan jika mungkin lakukan pilot atau trial run test untuk menyempurnakan alat pengukur atau rancangan eksperimennya. h)    Rumuskan hipotesis nolnya
  6. Lakukan eksperimen
  7. Aturlah data kasar itu dalam cara yang mempermudah analisis selanjutnya; tempatkan dalam rancangan yang memungkinkan memperhitungkan efek yang di perkirakan akan ada
  8. Terapkan test signifikansi untuk menentukan taraf signifikansi hasilnya

09.  Penelitian Eksperimental Semu (Pra Eksperimental)
a.       Tujuan
Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnyadalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memeanipulasikan semua variabel yang relevan.
Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi-kompromi apa yang ada pada internal validity dan ekaternal validityrancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
b.      Contoh
1.      Penelitian unuk menyelidiki efek dua macam cara menghapal (speed vs massed practice) dalam menghafal suatu daftar kata-kata asing pada empa buah SMA tanpa menentukan muid-murid, perlakukan secara random atau mengawasi waktu-waktu latihannyasecra cermat.
2.      Penelitian untuk menilai keefekifan tiga cara mengajar konsep-konsep dasar prinsip ekonomi di SD apabila guru-guru tertentu dapat secara sukarela menjalankan pengajaran itu karena tertarik akan bahannya.
3.      Penelitian pendidikan yang menggunakan prees-posttest, yang didalamnya secperti variabel-variabel kematangan, fek esting, regresi stalistik, atris-selektif, dan adaptasi tidak dapat dihindari atau justru terlewat dari penelitian.
4.      Berbagai penelitian mengenai berbagai problem sosial seperti kenakalan, keresahan, merokok, jumlah penderita penyakit jantung, dan sebagainya, yang di dalamnya kontrol dan manipulasi tidak selalu dapat dilakukan.
c.       Ciri-ciri
1.      Penelitian eksperimentak secara khas mengenai keadaan praktis, yang didalamnya adalah tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel  yang relevan kecuali beberapa variabel-veriabel tersubut.
Si peneliti mengusahakan unuk sampai sedekat mungkin dengan keteriban peneliian eksperimental yang sebenarnya, dengan hati-hati menunjukkan perkecualian dan keterbatasannya.
2.      Perbedaan antara penelitian eksperimental sungguhan den penelitian eksperimental semu adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan sebagai subjek adalah menusia, misalnya dalam psikologi.
d.      Langkah-langkah Pokok
Langkah-langkah pokok dalam melaksanakan penelitian epksperimental semu adalah sama dengan langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimental sungguhan, dengan pengakuan secra teliti terhadap masing-masing keterbatasan dalam hal validitas eksternl dan internal.

10.  Penelitian Tindakan
a.       Tujuan
Penelitian tindakan, bertujuan unuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memcahkan masalah denganpenerangan langsung di dunia kerja atau aktual yang lain.
b.      Contoh
Suatu program inservice untuk melatih para konselor bekerja dengan anak putus sekolah, untuk menyusun program penjanjantgan dalam pencegahan kecelakaan pada pendidikan pengemudi, untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan teknologi kodern atau metode menanam pada yang inovatif.


c.       Ciri-ciri
1.      Praktis dan langsung relevan untuk situas aktual dalam dunia kerja.
2.      Menyediakan langkah kerja yang teraturuntuk pencegahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru.
Cara penelitian ini juga mepiris dalam arti bahwa penelitian ersebut mendasarkan diri kepada observasi dan aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasarkan pada subjektif yang didasarkan pada pengalamanmasa lampau.
3.      Fleksibel dan adapatif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya.




Daftar Pustaka
James L Bonwditch dan Anthony F Buono. 2001. A Primer on Organizational Behavior, edisi kelima,
John-Wiley and Sons, Inc.
Julia Brannen. 2000. Memadu Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Gay, L.R. 1983. Educational Research Competencies for Analysis & Application 2nd Edition. Ohio: A
Bell & Howell Company.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan-Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
http://indiwan.blogspot.com/2007/09/jenis-jenis-penelitian.html
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/20C045F4-7CE5-4B7E-BDAB-1A49523140DA/946/SkemaPembiayaanPerbankanDaerahMenurutKarakteristik.pdf
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/1-penelitian/159-penelitian-kausal-komparatif.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar