hmmmmmmmm

hmmmmmmmm
hahahahhahahaha.......

Rabu, 06 April 2011

UJIAN NASIONAL EFEKTIF VS PEMBOROSAN


TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

UJIAN NASIONAL

EFEKTIF VS PEMBOROSAN


O
L
E
H
KELOMPOK III
JULIANTY S. SIBUEA
408141077
BIOLOGI DIK B 2008
FMIPA









FAKULAS MATEMATIKA DAN   ILMU PENGEAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011

UJIAN NASIONAL

EFEKTIF VS PEMBOROSAN

Ujian Nasional (UN), kini menjadi fenomena luar biasa di dunia pendidikan. Bagaimana tidak, karena dengan UN-lah seluruh nasib pelajar setelah menjalani pendidikan selama dua belas tahun akan ditentukan. Dengan UN-lah seorang pelajar akan dikatakan sukses, atau tidak sukses. Dengan UN-lah ujung final pertaruhan kemampuan pelajar. Seolah, pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah menjalani proses belajar selama tiga tahun, hanya akan ditentukan nasibnya hanya selama tiga hari. Maka dari itu banyak sikap masyarakat yang menaggapi Ujian Akhir Nasional tersebut. Mulai dari yang setuju, tidak setuju, kecewa akan pendidikan di Indonesia, sampai dengan yang sangat tidak ingin UN tetap dilaksanakan.
Menurut kami sistem Ujian Nasional ini sangat lah kurang efektif. Sistem UN, selain membuat stress siswa –karena takut tidak lulus- juga membuat pola pengajaran di sekolah menjadi kaku. Guru menjadi tidak mengajarkan untuk mengerti dan mendalami suatu pokok bahasan atau pelajaran, namun lebih mengutamakan bagaimana cara cepat menyelesaikan soal. Yang diberikan kepada siswapun lebih banyak adalah soal-soal yang rumit dari bank-bank soal. Atau, rumus-rumus super cepat untuk menyelesaikan soal-soal yang diprediksi akan keluar saat UN.
Para pelajarpun menjadi tidak kreatif. Karena hari-harinya hanya diisi oleh pelajaran di sekolah saja, dan juga di repotkan dengan soal-soal yang rumit. Pelajar menjadi tidak ada waktu lagi untuk mencoba belajar sesuatu hal yang lain, mencoba berfikir hal yang lain yang juga tak kalah penting, atau mencoba menciptakan kreatifitas yang baru.
Bahkan, bisa jadi mereka terlupa akan pelajaran-pelajaran agama, moral, sehingga akhlak para pelajar menjadi buruk. Atau sekedar melihat perkembangan teknologi informasi, melihat kultur sosial kebudayaan, berfikir kritis, atau mencoba belajar berfikir memahami kehidupan.
Menurut kami banyak faktor yang dapat dijadikan faktor yang menyebabkan sistem Ujian Nasional ini menjadi tidak efektif, seperti:
                                 1.         Belum meratanya fasilitas dan sarana fisik pendidikan di seluruh Indonesia . Hal ini bisa kita lihat pembangunan fasilitas pendidikan hanya terfokus di Pulau Jawa saja, itu pun belum merata di seluruh Jawa.
                                 2.         Terdapat disparitas kualitas guru,antara kota dan daerah terpencil.
                                 3.         Transparansi terhadap hasil Ujian Nasional tidak ada, sehingga mekanisme kontrol baik dari siswa, guru maupun orang tua tidak bisa dilakukan.
                                 4.         Ujian Nasional kelas 12 tidak terpadu dengan ujian masuk PTN hingga terjadi pemborosan anggaran negara.
                                 5.         Nilai Ujian Nasional dijadikan alat menentukan kelulusan 
Sehingga menurut kami sebelum pemerintah menerapkan Sistem Ujian Nasional, sebaiknya pemerintah membenahi dulu sistem pendidikannya. Karena seperti yang kita tahu bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah tidak merata.
Beberapa hal yang dapat di lakuakn oleh pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan di Indonesia adalah:
         1.         Pemerintah hendaknya melakukan pemerataan peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan di semua daerah baik kota maupun desa. 
         2.         Peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru khususnya yang mengajar di daerah terpencil.
         3.         Pengumuman kunci jawaban UN, sehingga siswa dan guru dapat mengevaluasi hasil kerjanya, yang pada gilirannya tidak menimbulkan kebingungan atau keraguan terhadap nilai yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
         4.         Diciptakan sistim terpadu antara UN dan Ujian Masuk PTN sehingga hasil UN Bisa dijadikan nilai untuk masuk PTN tanpa ada seleksi lagi.
         5.         Hasil UN bukan dijadikan satu-satunya alat untuk menentukan kelulusan, banyak variabel yang harus dijadikan pertimbangan dalam menentukan kelulusan.
Jika sistem pendidikan di Indonesia sudah merata dan berkualitas barulah pemerintah berhak mengadakan Ujian secara nasional. Namun untuk saat ini, menurut kami belumlah efisien penerapan Ujian Nasional.
Pemerintah yang memaksa penerapan Ujian Nasional di seluruh sekolah di Indonesia membuat banyak sekolah melakukan praktek kecurangan dalam mengahadapi Ujian Nasional ini. Adapun kecurangan-kecurangan yang sering dilakukan oleh pihak sekolah adalah seperti membocorkan soal sebelum ujian berlangsung, memberikan jawaban kepada siswa saat ujian berlangsung, membeli jawaban dan mengedarkan jawaban kepada siswa, bahkan bekerja sama dengan para pengawas dan tim indepeden agar saat ujian berlangsung para pengawas dan tim independen tidak terlalu ketat mengawasi siswa sehingga pihak sekolah dapat membantu siswanya saat mengerjakan ujian. Sehingga Ujian Nasional yang diharapkan murni menjadi tidak murni lagi. Sehingga sistem Ujian Nasional ini sangat lah tidak efektif hanya membuang-buang waktu dan dana. Dan ada pula pihak yang memanfaatkan Ujian Nasional menjadi lahan bisnis dengan menjual soal ataupun menjual kunci jawabannya.
Bagi sistem sekarang ini, Ujian Nasional adalah satu-satunya agenda –yang menghabiskan banyak dana- yang dapat mengontrol segala aktivitas pendidikan, sebagai batas minimal sebuah usaha pendidikan. Dinilailah bahwa belum terdapat sistem yang dapat menggantikan –atau bisa disebut lebih efektif- sistem ini, karena sampai saat ini masih digunakan. Akibatnya, entah sesuai prosedur atau tidak, berhubung badan pengawas tidak cukup banyak daripada pelaku pendidikan ini, maka timbullah segala penghalalan cara atau yang biasa disebut dengan curang. Curang ini –seolah- ditanamkan di diri siswa sejak masa pendidikan, lalu terprediksikah apa yang akan terjadi di dunia kerja mereka kelak? Harusnya logika dapat menjawab.
Sebuah pertanyaan besar, mengapa harus mengsortir lulus atau tidak? Mungkin yang menjadi jawabannya adalah “Karena dengan lulus sekolah akan mempermudah mendapatkan pekerjaan atau studi lanjutan”. Lalu, dari (kemungkinan) jawaban  itu, alangkah baiknya disusun sebuah sistem baru yang dapat menggantikan Ujian Nasional yang (mungkin) lebih efektif.
Dinilai dari segi ekonomi, Ujian Nasional menyita banyak uang yang seharusnya bisa dialihkan untuk beberapa hal, seperti mensubsidi pendidikan di perguruan tinggi yang akhir-akhir ini mengadakan tes masuk sendiri dengan batas minimal nilai (dan uang masuk) yang cukup tinggi. Dari segi efektivitas, Ujian Nasional juga belum bisa menjadi sebuah standar yang cukup, karena beberapa hal di atas. Banyak sekali dana yang harus dikeluar oleh pemerintah dalam melaksanakan program Ujian Nasional ini. Bahkan hanya untuk mengawasi berlangsungnya ujian nasional pemerinah harus menggaji banyak pengawas dan tim independen yang notabene pengawasdan tim independen  itu ditugaskan untuk mengawasi keberlangsungan Ujian Nasional supaya berjalan “murni”. Namun kenyataan di lapangan tim yang katanya independen itu tidak banyak memberi kontribusi dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Pada hala dana yang dikeluarkan untuk itu sangat lah besar. Belum lagi untuk mencetak naskah soal dan Lembar Jawaban Kerja (LJK). Bahkan dalam pendistribusiannya pun memakan dana yang besar pula.
Alangkah baiknya, Ujian Nasional ditiadakan, dan semua keputusan lulus atau tidak diserahkan kepada sekolah yang notabene telah melihat perkembangan peserta didik selama tiga tahun. Toh dengan meluluskan semua siswa, negara tidak rugi. Bahkan, sistem sekarang ini yang mengadakan ujian ulangan seolah berusaha keras agar seluruh siswa lulus. Lalu, pengalihan dana ditujukan untuk perguruan tinggi sedemikian sehingga mereka tidak mengadakan ujian masuk sendiri. Terjadilah sebuah kompetisi positif di sini oleh peserta didik agar menjadi pelajar yang sebaik-baiknya –yang lebih efektif- dan tidak mengutamakan status ekonomi keluarga karena mereka akan bertempur di tes masuk perguruan tinggi yang disubsidi pemerintah dari uang pelaksanaan ujian nasional. Mungkin dengan diadakannya dua atau tiga gelombang SNMPTN atau sejenisnya yang berfungsi sebagai pintu masuk perguruan juga merupakan batasan dasar, sebuah ancaman yang tidak mengancam, akan menjadikan sistem pendidikan lebih giat dalam menempuh kegiatan belajar mengajar. Dengan ini, semua yang tidak “semangat” dalam belajar akan merasakan efeknya yang kemudian menjadi cambuk bagi mereka, namun bukan sebagai sebuah tekanan dahyat karena mereka masih menadapatkan ijazah sebagai tanda lulus sekolah.
Oleh karena itu menurut kami sebaiknya sistem Ujian Nasional ini dihapuskan saja. Lebih baik  dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan Ujian Nasional digunakan untuk membenahi sarana dan prasarana pendidikan serta kualitas pendidikan itu sendiri.
Andaipun Ujian Nasional dilaksanakan sebaiknya dasar penilaiannya dilakukan oleh guru dan pihak sekolah karena gurulah yang lebih memahami kemampuan siswa dan bukan pemerintah yang lebih mengetahui. Sehingga menurut kami pemerintah tidak berhak menentukan lulus tidaknya siswa dalam tiga hari.

1 komentar:

  1. What is the probability of winning in a casino? - Dr.
    A casino 사천 출장샵 is, 양산 출장안마 therefore, a poker room where players can either play 대전광역 출장마사지 with the computer or with the 제천 출장안마 internet. In this scenario, 세종특별자치 출장마사지

    BalasHapus